PORTAL PASURUAN - Dunia sastra Indonesia mengalami duka yang mendalam dengan meninggalnya penyair Umbu Landu Paranggi.
Umbu Landu Paranggi merupakan seorang penyair yang pernah dijuluki "Presiden Malioboro". Julukan itu lahir karena aktivitasnya dalam berkesenian, khususnya dalam dunia sastra.
Mentor para penyair besar tanah air itu menghembuskan napas terakhir di RS Bali Mandara Denpasar.
Dilansir dari Antara Umbu sempat dirawat di rumah sakit sejak 3 April 2021 karena tekena Covid-19. Hingga meninggal dunia Selasa 6 April 2021 sekitar pukul 03.55 WIB.
Baca Juga: Kalah 3-1 dari Real Madrid, Jurgen Klopp Yakin Liverpool Bisa Lolos ke Semifinal
Dedikasinya yang tinggi dalam mengembangkan apresiasi sastra, terutama puisi khususnya di kalangan generasi muda, membuat Umbu dikenal sebagai tokoh kharismatik nan menjadi inspirasi banyak orang.
Beberapa nama "murid" yang menjadi anak didik Umbu banyak yang telah mengorbit di tingkat nasional atau tingkat lokal antara lain, adalah Linus Suryadi Ag., Emha Ainun Nadjib, Korrie Layun Rampan, Suwarna Pragolapati, Joko S. Passandaran, dan Arwan Tuti Artha.
1. Ibunda Tercinta
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
duka derita dan senyum yang abadi
tertulis dan terbaca jelas kata-kata puisi
dari ujung rambut sampai telapak kakinya
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
korban, terima kasih, restu dan ampunan
dengan tulus setia telah melahirkan
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya.
Baca Juga: Kultum Ramadhan 2021 Tentang Pentingnya dan Cara Silaturahmi di Masa Pandemi Oleh Ustadz Nur Rohmad
Baca Juga: Developer Game Free Fire akan Rilis Undawn Tahun ini, Permainan Open-World dengan Unreal Engine 4
2. Percakapan Selat
Pantai berkabut di sini, makin berkisah dalam tatapan
Sepi yang selalu dingin gumam terbantun di buritan
Juluran lidah ombak di bawah kerjap mata, menggoda
Dimana-mana, dimana-mana menghadang cakrawala
Laut bersuara di sisi, makin berbenturan dalam kenangan
Rusuh yang sampai, gemas resah terhempas di haluan
Pusaran angin di atas geladak, bersabung menderu
Dimana-mana, dimana-mana mengepung dendam rindu
Menggaris batas jaga dan mimpikah cakrawala itu
Mengarungi perjalanan rahasia cintakah penumpang itu
Namun membujuk jua langkah, pantai, mega lalu burung-burung
Mungkin sedia yang masuk dalam sarang dendam rindu
Saat langit luputkan cuaca dan laut siap pasang
3. Kata, Kata, Kata
Kenangkanlah gumam pertama
Pertemuan tak terduga
Di suatu kota pantai
Di suatu hari kemarau
Di suatu keasingan rindu
Di suatu perjalanan biru
Kenangkanlah bisikan pertama
Risau pertarungan kembara
Duka percintaan sukma
Rahasia perjanjian sunyi
Kenangkanlah percakapan pertama
Gugusan waktu, napas dan peristiwa
Mungkin hanya angin, daun dan debu
Pesona terakhir nyanyian sajakku
4. Melodia
cintalah yang membuat diriku betah untuk sesekali bertahan
karena sajakpun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan
baiknya mengenal suara sendiri dalam
mengarungi suara-suara luar sana
sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana saja
karena kesetianlah maka jinak mata dan hati mengembara
dalam kamar berkisah, taruhan jerih memberi arti kehadirannya
membukakan diri, bergumul dan menyeri hari-hari tergesa berlalu
meniup seluruh usia, mengitar jarak dalam gempuran waktu
takkan jemu-jemu nafas bergelut resini, dengan sunyi dan rindu menyanyi
Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 5 SD dan MI Tema 9 Halaman 41, 42 dan 43, Subtema 1 Benda Tunggal dan Campuran
dalam kerja berlumur suka duka, hikmah rahasia melipur damai
begitu berarti kertas-kertas di bawahbantal, pananggalan penuh coretan
selalu sepenanggungan, mengadu padaku dalam deras bujukan
rasa-rasanya padalah dengan dunia sendiri manis, bahagia sederhana
di rumah kecil papa, tapi gairah bergelora hidup kehidupan dan berjiwa
kadang seperti terpencil, tapi gairah bersahaja harapan impian
yang teguh mengolah nasib dengan urat biru di dahi dan kedua tangan
5. Sabana
memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
mengahdang senja
yang memanggil petualang
sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda
sabana tandus
mainkan laguku
harum nafas bunda
seorang gembala berpacu
lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu
dibakar matahari
hela jiwaku risau
kerna kumau lebih cinta
hujan aku ke gigir cakrawala
Baca Juga: LTMPT Umumkan Penyesuaian Waktu Pelaksanaan UTBK SBMPTN 2021, Simak Jadwal dan Alasannya
Baca Juga: Jadwal Resmi Pertandingan Kelima Piala Menpora 2021, Ada Persela Lamongan Versus Persik Kediri
Itulah beberapa puisi Umbu yang terkenal di kalangan masyarakat, khususnya para pecinta puisi.***