Sejarah Kahar Muzakar Sebagai Pemimpin Gerakan Separatis Sekaligus Mantan Pejuang 45

- 9 Februari 2021, 22:57 WIB
Ilustrasi sejarah.
Ilustrasi sejarah. /pexels
 
PORTAL PASURUAN - Nama Abdul Kahar Muzakkar atau Abdul Qahhar Mudzakar lebih dikenal sebagai sosok pemberontak, Sekaligus mantan pejuang 45 dan pemimpin gerakan separatis.
 
Namun apabila mencermati lebih dalam mengenai latar belakang di balik sikap politiknya, dirinya adalah "korban" di balik proses alamiah pembentukan tentara sebagai organisasi yang profesional, mewakili nasib semua orang yang tidak bisa menentukan masa depannya.
 
Qahhar Mudzakar lahir tanggal 24 Maret 1921 di Kampung Lanipa, distrik Ponrang, 
ayahnya bernama Malinrang, keturunan bangsawan yang cukup kaya dan terpandang. 
 
 
Setelah tamat sekolah di Lanipa, Qahhar melanjutkan studi ke Jawa, dirinya memilih Solo dan masuk Sekolah Muallimin yang dikelola Muhammadiyah.
 
Masa studinya hanya berjalan tiga tahun sejak 1938 hingga 1941, kemudian terputus karena dirinya terpikat dengan perempuan asal Solo yang lalu dinikahinya.
 
Saat kembali ke Lanipa, keluarga besarnya gempar karena dirinya membawa istri orang Jawa. 
 
Di kampung halamannya, Qahhar Mudzakar aktif dalam organisasi kepanduan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, yaitu Hizbul Wathan.
 
Jepang masuk ke Indonesia, dan Qahhar tertular eforia yang berharap Jepang bisa membebaskan Indonesia dari Belanda. 
 
 
Begitu bersemangatnya sampai dirinya rela naik sepeda ke Rappang hanya untuk bertemu pemimpin pasukan Jepang. 
 
Singkatnya, dirinya berhasil menarik hati para saudara tua, selama pendudukan Jepang di Sulawesi Selatan dirinya bekerja sebagai pegawai Nippon Dohopo di Makassar.
 
Namun di tengah keluarga besar, sikap Qahhar yang anti-feodal membuatnya tersingkir, dirinya dituduh memicu permusuhan di kalangan kaum bangsawan Luwu.
 
Sehingga dikenai hukuman bernama ri paoppangi tana atau diusir dari Palopo, tanah kelahirannya. 
 
Qahhar Mudzakar-pun kembali ke Solo untuk mendirikan perusahaan dagang dengan nama Usaha Semangat Muda, dirinya meluaskan usahanya sampai ke Jakarta dengan mendirikan Toko Luwu. 
 
Qahhar beberapa kali mengadakan pertemuan politik, pasca proklamasi dirinya mendirikan Gerakan Pemuda Indonesia Sulawesi (GEPIS) yang lalu berubah menjadi Angkatan Pemuda Indonesia Sulawesi (APIS), bagian dalam Angkatan Pemuda Indonesia (API).
 
Qahhar Mudzakar bersama API ikut terlibat dalam rapat besar Ikada, Jakarta 19 September 1945, dalam rapat raksasa yang bersejarah itu, Qahhar bersenjatakan sebilah golok membela Soekarno dan Hatta dari kepungan tentara Jepang.
 
 
Dalam perkembangannya, APIS meleburkan diri ke dalam usaha perlawanan secara fisik menentang kembalinya penjajah, dengan nama Kebaktian Rakyat Indonesia (KRIS). 
 
Daerah operasinya mencakup Karawang, Subang, Tangerang, beberapa daerah di Jawa Tengah serta Jawa Timur. 
 
Qahhar tidak bertahan lama di KRIS, sejak awal pembentukan KRIS di Jakarta pada tahun 1945, Qahhar sudah menunjukkan ketidaksetujuannya. 
 
Bersama KRIS dirinya sempat berperan membebaskan 800 tahanan di Nusakambangan, sebagian besar adalah laskar yang berasal dari Bugis-Makassar.
 
Laskar ini kemudian diberi pelatihan militer di Pingit, Yogyakarta, dan menjadi bagian Angkatan Perang RI yang diperbantukan pada Markas Besar Tentara.
 
 
Demikian kisah dari perjalanan Qahhar Mudzakar yang menjadi pemimpin beberapa gerakan separatis, sekaligus menjadikannya sebagai mantan pejuang 45.***

Editor: Jati Kuncoro

Sumber: Buku Sejarah (Biografi Tokoh yang mengubah Indonesia)


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini