PORTAL PASURUAN - Peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad SAW membuat kaum kafir mengolok-olok Rasulullah, karena menganggap cerita itu kebohongan yang besar.
Mereka, para musuh-musuh kaum muslim berpikir bahwa, bagaimana mungkin perjalanan yang pada zaman itu membutuhkan waktu sebulan untuk pergi dan sebulan untuk pulang, ditempuh hanya dalam satu malam saja.
Bahkan sebagian umat Rasulullah yang telah beriman, menjadi murtad karena peristiwa yang tidak masuk akal itu.
Baca Juga: Sejarah Singkat Peristiwa Isra' Mi'raj dan Bagaimana Umat Muslim Memperingatinya
Kisah Isra' Mi'raj pun akhirnya terdengar oleh Sayyidina Abu Bakar, salah satu sahabat utama Nabi yang menjadi khalifah pertama sepeninggal Rasulullah SAW.
Namun tidak seperti kebanyakan orang, Abu Bakar malah mempercayai sepenuhnya terhadap kisah yang dialami Rasulullah. Ia menemui Nabi dan menanyakan apa saja yang dilihat dan dialami selama Isra' Mi’raj.
Baca Juga: West Ham Vs Leeds United, Rice: Kami Masih Lebih Baik Saat Melawan Manchester City
Rasullullah menjelaskan secara rinci, kemudian Sahabat Abu Bakar membenarkan dengan berkata “Rasulullah, saya percaya”. Beliau mengaku pernah mendatangi Baitul Maqdis di Yerusalem.
Sejak saat itu, Sayyidina Abu Bakar tampil ke depan dan membantah orang-orang yang telah mendustakan Nabi Muhammad. Dia mengajak sahabat yang lain untuk tidak ragu mempercayai peristiwa Isra' Mi'raj.
Hal inilah yang membuata Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
Melansir dari Buku 'Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW' karya M Quraish Shihab, menegaskan bahwa peristiwa Isra Mi’raj tidak bisa didekati dengan pendekatan logika atupun ilmiah.
Menurutnya, pendekatan ilmiah harus berdasarkan pada pengamatan, trial and error, serta eksperimen. Dan ketiganya tidak mungkin diterapkan pada Isra Mi’raj.***
Artikel Rekomendasi