Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Pemaknaan Hari Ibu Semakin Jauh dari Substansi

22 Desember 2020, 17:00 WIB
GKR Hemas beserta lima putrinya. /Tangkap layar Instagram/@gkrhemas

 

 

PORTAL PASURUAN - Gusti Kanjeng Rau (GKR) Hemas menyebutkan bahwa saat ini peringatan
Hari Ibu di Indonesia semakin jauh dari substansi awal sejarah lahirnya Hari Ibu di
Indonesia.

Menurut permaisuri Sultan Hamengku Buwono (HB) X ini, peringatan Hari Ibu memang bisa
dimaknai dalam banyak hal. Namun, ragam pemaknaan yang terjadi belakangan justru
menggiring opini menjauh dari substansi Hari Ibu itu sendiri.

Dalam tulisannya, seperti yang dikutip PORTAL PASURUAN dari akun Instagram resminya
@gkr_hemas, GKR Hemas menyebutkan bahwa saat ini peringatan Hari Ibu di Indonesia lebih
pada merenungi fungsi domestik perempuan.

Baca Juga: Awas! Jauhkan Benda-benda Ini dari Buah Hati Anda

Seperti ibu adalah kekuatan keluarga, tulang punggung keluarga, pencari nafkah, dan
manusia kuat di dalam dan di luar rumah.

"Pandangan itu tak sepenuhnya salah. Yang keliru adalah pemaknaan hari ibu yang seolah-
olah menempatkan peran ibu sebatas dalam fungsi-fungsi domestik perempuan. Padahal, Hari
Ibu bukanlah perayaan terhadap jasa ibu atau istri," tulisnya.

Seperti yang kita tahu bersama, sejarah lahirnya Hari Ibu adalah adanya Kongres
Perempuan pertama pada tahun 1928 di Yogyakarta. Pada Kongres itu, ada sekitar 30
perwakilan organisasi wanita dari seluruh Indonesia.

Baca Juga: Hari Ibu 2020: Presiden Jokowi Berikan Ucapan untuk Para Ibu

Mereka berkumpul untuk saling bertukar pikiran dan pendapat dalam upaya meningkatkan
harkat dan martabat perempuan saat itu.

"Maka, setidaknya ada dua semangat substansial hari ibu yang harus dikenang dan
dibangkitkan kembali,"

"Pertama adalah membangun kesadaran kritis kaum perempuan tentang hak yang dimiliki
berikut partisipasi aktif memperjuangkan tegaknya hak-hak tersebut,"

Baca Juga: Masyarakat Dihadapkan Pada Banyak Pilihan Vaksin Covid-19, Manakah yang Paling Bagus?

"Kedua adalah memersatukan gerakan kesadaran perjuangan perempuan tersebut dalam irama
yang solid dan padu."

Jadi, menurut perempuan bernama asli Tatik Dradjad ini, perayaan Hari Ibu tidak melulu
memberi bunga, puisi dan lagu kepada ibu. Tapi para perempuan di negeri ini harus lebih
peka terhadap isu-isu perempuan, pemberdayaan perempuan dan peningkatan perempuan dalam
berbagai bidang kehidupan.***

Editor: Elita Sitorini

Sumber: Instagram

Tags

Terkini

Terpopuler