BMKG Sebut Gempa Bumi di Wilayah Sulbar Bukan Hal Baru, Guru Besar ITB Soroti Struktur Bangunan

3 Februari 2021, 11:05 WIB
Kerusakan bangunan akibat gempa Sulbar. /Twitter/@BNPB_Indonesia

PORTAL PASURUAN - Gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar) beberapa waktu lalu merupakan kejadian berulang.

Hal tersebut diungkpakan Koordinator Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono.

ia menyebut bahwa pulau Sulawesi mempunyai 45 segmen sesar aktif dan hal itu sudah dipelajari ahli kebumian.

Baca Juga: Bahasan Soal Tindakan Ekonomi Beserta Motifnya, Mata Pelajaran Ekonomi SMP Kelas 7

"Terjadinya gempa merusak di Majene bukan hal aneh. Secara tektonik, wilayah pesisir dan lepas panta Sulbar terletak di zona jalur lipatan dan sesar," jelas Daryono seperti dikutip PORTAL PASURUAN dari laman resmi Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana, Senin 1 Februari 2021.

Daryono menambahkan jika fenomena gempa di Sulbar sudah ada sejak tahun 1967.

BMKG sendiri mempunyai catatan gempa bumi berulang dengan periode waktu yang berbeda. Tercatat, ada dua kali tsunami berulang yang dipicu gempa.

Adapun sejarah gempa merusak yang diikuti tsunami, antara lain gempa Majene dengan magnitudo 6,3 pada 1967 dan gempa magnitudo 6,9 pada 23 Februari 1969.

Kedua gempa tersebut memicu terjadinya tsunami yang menewaskan 100 orang warga.

Selanjutnya pada 6 September 1972 terjadi gempa bumi di Mamuju dengan kekuatan magnitudo 5,8.

Baca Juga: Lirik Lagu Elsa Pitaloka Seharusnya Aku yang Bikin Baper Wanita

Selang 12 tahun kemudian tepatnya  8 Januari 1984 terjadi gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,7 yang kembali mengguncang Mamuju.

Lalu kembali terjadi gempa bumi belum lama ini di Mamuju dan Majene yang menewaskan ratusan orang.

Ahli Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Benyamin Sapiie menyampaikan, kalau daerah Mamuju dan Majene adalah daerah aktif deformasi lipatan anjakan.

Gempa di daerah tersebut juga diakibatkan adanya batuan dasar dan memperlihatkan keaktifan.

"Gempa Mamuju yang terjadi juga diakibatkan oleh aktivitas sesar naik pada zona fold-thrust-belt di bawah permukaan yang melibatkan batuan dasar, yang merupakan bagian dari zona FTB Sulawesi Barat," ujar Sapiie.

Pasca terjadinya gempa M6,2, BMKG mencatat hingga Senin 1 Februari 2021, sudah ada 39 kali gempa susulan.

"Total jumlah gempa sejak terjadi gempa pembuka tercatat 48 kali dengan gempa dirasakan sebanyak 10 kali," ungkap Daryono.

Sementara itu, jika dilihat dari kerusakan yang diakibatkan. Gempa yang terjadi di awal tahun ini sangat merusak. Tetapi, titik-titik kerusakan menyebar dan tidak merata.

Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Iswandi Imran menjelaskan, kalau faktor kerusakan bangunan bisa dipengaruhi building code yang mengarah ke SNI 2002.

Dia mengatakan, seismic detailing yang digunakan, besar kemungkinan tidak sesuai untuk zona gempa tinggi.

Seismic detailing umumnya diperhatikan pada struktur bangunan. Khususnya pada balok dan kolom. Hal ini diperuntukkan agar bisa menahan bila terjadi guncangan.

"Perlu disusun peta kerentanan atau resiko bangunan. Khususnya bangunan hunian di wilayah Sulbar,"kata Imran.

Dirinya menambahkan,jika perancangan bangunan baru harus dilakukan secara konsisten dan merujuk pada detailing gempa bumi. ***

Editor: Talhah Lukman Ahmad

Sumber: BNPB

Tags

Terkini

Terpopuler