Covid-19 Makin Menggila, Rumah Sakit Darurat di London Akan Segera Digunakan Kembali

9 Januari 2021, 16:52 WIB
ilustrasi Covid-19. /Miguel Á. Padriñán/pexels.com/@padrinan

PORTAL PASURUAN - Layanan Kesehatan Nasional Inggris mulai minggu depan akan membuka kembali sebuah rumah sakit lapangan yang khusus dibangun di pusat pameran besar di London timur pada hari-hari awal pandemi musim semi lalu.

Kepala Eksekutif NHS Inggris Simon Stevens mengatakan pada hari Kamis bahwa tekanan yang dihadapi rumah sakit di London dan wilayah tenggara Inggris begitu akut sehingga rumah sakit Nightingale di ExCel London akan dibuka minggu depan untuk pasien rawat inap. Beberapa ratus tempat tidur untuk pasien non-Covid diharapkan tersedia.

“Keseluruhan layanan kesehatan di London sedang bergerak untuk melakukan segala sesuatu yang mungkin bisa dilakukan kecuali infeksi, tingkat pertumbuhan penerimaan pasien rawat inap, itulah yang secara kolektif harus dikendalikan oleh negara,” katanya.

Baca Juga: Tegaskan Vaksin Covid-19 Aman, Jokowi: Sama Seperti Imunisasi Biasa

Baca Juga: Pertama Kalinya Selama 35 Tahun, Seoul Catat Suhu Terdingin!

Rumah sakit, yang juga akan menjadi pusat vaksinasi, adalah salah satu dari beberapa bangunan yang dibangun pada musim semi untuk membantu selama pandemi. Mereka dinamai Florence Nightingale, yang secara luas dianggap sebagai pendiri keperawatan modern seperti dilansir PortalPasuruan.com dari laman ABC News.

Stevens mengatakan layanan kesehatan berada di tengah situasi yang sangat serius dengan lebih dari 50 persen lebih banyak pasien rawat inap virus Corona di rumah sakit di seluruh Inggris daripada puncak April. Semua ini terjadi saat NHS sedang sibuk karena penyakit terkait musim dingin.

Perdana Menteri Boris Johnson telah menghadapi kritik karena tidak melakukan lockdown di Inggris lebih awal mengingat lonjakan infeksi yang sebagian besar disebabkan oleh varian baru virus di sekitar ibu kota dan tenggara Inggris.

Lockdown mulai berlaku pada hari Selasa lalu, dan sekitar dua minggu sebelumnya para ilmuwan memperingatkan varian baru itu berpotensi 70% lebih menular.

Dalam langkah pemberlakuan lockdown, pemerintah mengumumkan pada hari Jumat bahwa mulai minggu depan semua orang yang datang dari negara lain harus memberikan bukti tes Covid-19 dengan hasil negatif yang diambil dalam 72 jam sebelum keberangkatan.

Ada pengecualian untuk beberapa orang, termasuk pengemudi truk, awak pesawat, dan anak-anak di bawah 11 tahun.

Baca Juga: 3 Tips Perawatan Wajah Setelah Kehujanan, Sudah Tahu?

Baca Juga: Kentang Goreng Ternyata Berikan Dampak Mematikan Bagi Tubuh? Inilah Alasannya

Banyak pakar kesehatan masyarakat telah lama mendesak Inggris untuk mengadopsi langkah tersebut sebagai cara untuk mengurangi infeksi impor, karena virus lebih tersebar luas di Inggris daripada di banyak negara lain.

Pemerintah mengatakan langkah itu akan membantu melindungi warga dari varian baru virus, seperti yang baru-baru ini diidentifikasi di Afrika Selatan.

Inggris mencatat kematian terkait virus yang setara dengan beberapa hari terburuk pandemi. Pada hari Kamis, angka pemerintah menunjukkan bahwa 1.162 orang lainnya dilaporkan telah meninggal dalam 28 hari setelah dites positif terkena virus. Itu hanya sedikit dari rekor tertinggi di angka 1.224 kematian pada 21 April.

Total korban tewas terkait virus di Inggris sekarang adalah 78.508 jiwa. Menurut angka yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, Inggris kembali menjadi negara yang paling parah terkena dampak Covid-19 di Eropa dalam hal total kematian terkait virus Corona.

Meskipun jumlah kasus baru turun menjadi 52.618 dari rekor hari sebelumnya 62.322, rata-rata tujuh hari berjalan sekitar tiga kali lebih tinggi dari bulan lalu.

Johnson mengatakan kemungkinan jumlah kematian terkait virus di Inggris akan meraih angka tinggi secara tragis tetapi pada akhirnya akan bergantung pada faktor-faktor seperti kecepatan peluncuran vaksin dan kepatuhan masyarakat terhadap aturan lockdown.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 9 Januari 2021: Sagitarius Harus Patuhi Social Distancing!

Baca Juga: Positif Covid-19, Wali Kota Bandung Mengaku Tidak Merasakan Gejala Apapun

Inggris bertindak lebih cepat dalam hal vaksin daripada negara lain.. Hampir 1,5 juta orang, terutama yang berusia di atas 80 tahun, telah menerima dosis pertama vaksin.

Pemerintah bertujuan untuk memberikan dosis pertama kepada sekitar 13 juta orang pada pertengahan Februari mendatang.***

Editor: Mesha Meilawati

Sumber: ABC News

Tags

Terkini

Terpopuler