PORTAL PASURUAN - Beberapa waktu lalu, dunia sempat dihebohkan dengan munculnya kebijakan baru dalam aplikasi WhatsApp dimana para pengguna harus berbagai data mereka dengan Facebook.
Menanggapi hal ini, banyak aplikasi sejenis yang mengalami kenaikan pengguna. Sebut saja, Telegram dan Signal. Dua aplikasi itu disebut-sebut mengalami kenaikan jumlah pengguna baru yang signifikan.
Jutaan pengguna WhatsApp dilaporkan meninggalkan aplikasi pesan tersebut setelah adanya kebijakan baru berbagi data dengan perusahaan induk Facebook.
Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale (SMS), Promo Bulanan dari Shopee Bikin Belanja Bulanan Lebih Irit
Baca Juga: Memiliki Masalah dengan Perut Buncit? Coba Konsumsi 4 Makanan Ini untuk Hilangkan Lemak Perut
Pembaruan yang dianggap merugikan itu mendorong pengguna beralih ke layanan alternatif seperti aplikasi Signal dan Telegram.
WhatsApp awalnya menerapkan kebijakan barunya tersebut pada 8 Februari 2021. Namun, terpaksa ditunda hingga Mei mendatang.
Selama tiga minggu pertama bulan Januari 2021, Signal telah memperoleh 7,5 juta pengguna secara global. Jumlah ini berdasarkan angka dibagikan oleh komite urusan dalam negeri parlemen Inggris, seperti dikutip dari The Guardian, Senin, 25 Januari 2021 sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat dalam artikel yang berjudul "WhatsApp Dilaporkan Kehilangan Jutaan Pengguna Usai Adanya Kebijakan Berbagi Data dengan Facebook".
Sementara, aplikasi Telegram telah memperoleh pengguna sebanyak 25 juta.
Data yang dilacak oleh perusahaan analitik App Annie menunjukkan WhatsApp jatuh dari aplikasi ke-8 yang paling banyak diunduh ke posisi 23 di Inggris.
Baca Juga: Pesawat yang Ditumpanginya Jatuh, 4 Pemain Bola Brasil Tewas
Baca Juga: Seekor Anak Kucing Dikonfirmasi Positif Covid-19, Diduga Tertular dari Pemiliknya
Sebaliknya, Signal bahkan tidak berada di 1.000 aplikasi teratas di Inggris pada 6 Januari. Namun pada 9 Januari, Signal menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Negeri Sepak Bola itu.
Niamh Sweeney selaku direktur kebijakan publik WhatsApp untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, mengatakan kepada komite urusan dalam negeri bahwa kehilangan pengguna WhatsApp itu diyakini terkait dengan pembaruan persyaratan layanan perusahaan.
Dia mengatakan bahwa pembaruan dimaksudkan untuk melakukan dua hal: mengaktifkan serangkaian fitur baru seputar perpesanan bisnis, dan "membuat klarifikasi dan memberikan transparansi yang lebih besar" seputar kebijakan perusahaan yang sudah ada sebelumnya.
“Tidak ada perubahan pada berbagi data kami dengan Facebook di mana pun di dunia,” kata Sweeney.
WhatsApp mengklaim bahwa kebijakan privasi malah memberi layanan hak untuk membaca pesan pengguna dan menyerahkan informasi tersebut ke perusahaan induknya Facebook.
Baca Juga: Seekor Anak Kucing Dikonfirmasi Positif Covid-19, Diduga Tertular dari Pemiliknya
Baca Juga: Ternyata Tidak Bisa Keluarkan Air Mata Saat Mengangis, Inilah 5 Fakta Unik Tentang Bayi
"Kami ingin memperjelas bahwa pembaruan kebijakan tidak mempengaruhi privasi pesan Anda dengan teman atau keluarga dengan cara apa pun," kata WhatsApp dalam pembaruan yang diposting ke situsnya.
WhatsApp mengatakan akan menunda implementasi kebijakan barunya hingga 15 Mei 2021.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran Rakyat)