Khutbah Jumat Tema Kebodohan Menyebabkan Ekstremisme oleh Ustadz Nur Rohmad

- 8 April 2021, 19:21 WIB
Ilustrasi wanita menyendiri.
Ilustrasi wanita menyendiri. /

PORTAL PASURUAN - Kurangnya pengetahuan terhadap sesuatu informasi yang bersifat subjektif atau biasa disebut bodoh.

Kata bodoh adalah kata sifat yang menggambarkan keadaan di saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal, tetapi masih memiliki kemampuan untuk memahaminya.

Sifat ini ternyata jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak negatif pada seseorang salah satunya menyebabkan ekstremisme.

Berikut naskah khutbah Jumat dengan tema Kebodohan Menyebabkan Ekstremisme yang disampaikan Ustadz Nur Rohmad, Pemateri di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

Baca Juga: Marvel Studios Keluarkan Trailer Perdana Loki, Tampilkan Misteri Setelah Endgame

Baca Juga: Jelang Ramadhan 1442 H, Manfaatkan Sahur untuk Jalin Keakraban dengan Buah Hati

Dikutip PORTAL PASURUAN dari laman nu.or.id. berikut naskah khutbah Jumat :

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (الأحزاب: ٧۰)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa.

Baca Juga: Dokumenter Tentang Perjalanan Hidup Kanye West Akan Dirilis di Netflix

Baca Juga: Marvel Studios Keluarkan Trailer Perdana Loki, Tampilkan Misteri Setelah Endgame

Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Allah subhanahu wata’ala berfirman:


وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا (البقرة: ١٤٣)

Maknanya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai “umat pertengahan” (QS al Baqarah: 143).

Imam an Nasafi dalam Madarik at-Tanzil wa Haqa'iq at-Ta'wil atau yang biasa dikenal dengan Tafsir an-Nasafi menjelaskan tentang makna wasath dalam ayat di atas dengan mengatakan:

جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا بَيْنَ الْغُلُوِّ وَالتَّقْصِيْرِ فَإِنَّكُمْ لَمْ تَغْلُوْا غُلُوَّ النَّصَارَى حَيْثُ وَصَفُوا الْمَسِيْحَ بِالْأُلُوْهِيَّةِ وَلَمْ تُقَصِّرُوْا تَقْصِيْرَ الْيَهُوْدِ حَيْثُ وَصَفُوْا مَرْيَمَ بِالزِّنَا وَعِيْسَى بِأَنَّهُ وَلَدُ الزِّنَا

“Artinya, Kami (Allah) telah menjadikan kalian umat pertengahan antara sikap melampaui batas, dan sikap teledor dan meremehkan. Sesungguhnya kalian wahai umat Muhammad tidaklah melampaui batas seperti sikap kaum Nasrani yang menyifati ‘Isa dengan sifat ketuhanan, dan tidak pula bersikap merendahkan seperti sikap kaum Yahudi yang menuduh Maryam sebagai pelaku zina dan ‘Isa sebagai anak zina”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ فِي شُعَبِ الْإِيْمَان)

Maknanya: “Sebaik-baik perkara adalah perkara yang tengah” (HR al Baihaqi dalam Syu’ab al Iman)

Allah memuliakan umat Nabi Muhammad dengan menjadikan mereka umat yang wasath, tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri, tidak melampaui batas yang digariskan oleh syariat dan tidak bersikap teledor sehingga berada di bawah garis yang ditentukan syariat.

Islam mengajarkan kepada kita untuk membuang jauh-jauh ekstremisme dan terorisme. Penyebab ekstremisme dan terorisme adalah bersikap berlebih-lebihan dalam masalah agama.

Baca Juga: Mengenal Konsep Mindful Comsumption, Untuk Investasi Kesehatan di Masa Depan

Baca Juga: Dishub Jawa Barat Cegah Pemudik Di 27 kabupaten Dengan Adakan 338 Titik Penyekatan

Dan penyebab sikap berlebih-lebihan dalam agama adalah kebodohan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه

Maknanya: “Wahai manusia, hindarkanlah diri kalian dari sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama” (HR Ahmad, an-Nasa’i dan Ibn Majah).

Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam menjelaskan bahwa sebaik-baik perkara adalah sikap pertengahan, tidak melampaui batas yang digariskan syariat dan tidak berada di bawah batas yang digariskan oleh syariat.

Berlebih-lebihan atau melampaui batas, baik dalam keyakinan, perbuatan atau perkataan akan memunculkan pada diri seseorang benih-benih kezaliman dan permusuhan.

Benih kezaliman dan permusuhan inilah yang kemudian cepat membesar dan menghancurkan umat-umat terdahulu.

Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dan diulang sampai tiga kali:

هَلَكَ المُتَنَطِّعُوْنَ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Maknanya: “Binasalah orang-orang yang yang melampaui batas” (HR Muslim)

Sikap ekstrem jelas tidak hanya membinasakan pelakunya tapi juga meluluhlantakkan sendi-sendi berbangsa dan bernegara.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Oleh karena itulah, Allah ta’ala berfirman:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ (النساء: ١٧١)

Maknanya: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar” (QS an Nisa’: 171)

Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini keyakinan yang moderat tentang Allah dan Rasul-Nya. Seorang Muslim tidaklah meyakini bahwa Allah bukanlah sesuatu dan tidak meyakini bahwa Allah adalah segala sesuatu.

Baca Juga: Keterangan Pers Menteri Terkait Larangan Mudik Dan Himbau Agar Tetap Dirumah Saja

Baca Juga: MUI Gelar Vaksinasi Dengan Menggunakan AstraZeneca Kepada Seluruh Jajaran Pengurus Pusat

Akan tetapi seorang Muslim meyakini bahwa Allah tidak menyerupai segala sesuatu. Seorang Muslim tidak mengangkat derajat Nabi sampai ke derajat ketuhanan kemudian menyembahnya. Tidak juga menurunkan derajatnya sampai mengatakan beliau sama saja dengan seluruh makhluk.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Menurut Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, penyebab paling utama dari sebuah ajaran sesat yang mungkin saja menjadi benih-benih ekstremisme adalah kebodohan dalam masalah agama. Hal itu berporos pada dua hal:

Pertama, tidak menguasai seluk beluk bahasa Arab dan berbagai gaya bahasa (asalib) dalam bahasa Arab

Kedua, tidak memiliki perangkat keilmuan yang cukup

Oleh karenanya, setiap ahli bid’ah dan orang yang tersesat pun mengaku memahami ajaran-ajaran mereka yang batil dari Al-Qur’an dan hadits. Tetapi itu tidak menyelamatkan mereka dari kesalahan.

Baca Juga: Pemerintah Pasuruan Gelar Gowes Dipimpin Oleh Bupati Irsyad Yusuf, Untuk Meningkatkan Imunitas Di Masa Pandemi

Baca Juga: Pertamina Berkomitmen Untuk Mendorong Penggunaan TKDN Pada Sektor Industri Migas

Memerangi ekstremisme dan terorisme tidak akan berhasil dilakukan kecuali dengan menyebarkan wasathiyyah. Jika cahaya wasathiyyah telah tersebar, maka api ekstremisme akan padam.

Mendekatlah kepada para ulama yang moderat. Timbalah ilmu dari guru-guru yang betul-betul terpercaya dan bersanad serta berajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Asy’ariyyah Maturidiyyah.***

Editor: Jati Kuncoro

Sumber: NU


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x