Berpuasa Setelah Nisfu Syaban Apakah Diperbolehkan? Ini Pandangan Menurut Hukum Islam

27 Maret 2021, 06:15 WIB
Ilustarsi anak makan. Makan dilarang selama puasa /Pixabay.com/Ambroo


PORTAL PASURUAN - Salah satu bulan dalam kalender hijriah yang penuh berkat adalah Syaban.

Bulan ini dikenal penuh keistimewaan karena satu bulan sebelum Ramadhan.

Dalam bulan ini juga dikenal adanya malam Nisfu Syaban atau malam pengampunan dosa.

Baca Juga: Pemerintah Kembali Putuskan Larang Masyarakat Mudik Lebaran, Ini Tanggapan dr. Tirta

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 2 SD dan MI Tema 8 Halaman 25,26,28,29,30 Subtema 1 Tentang Aturan Keselamatan di Rumah

Nisfu Syaban adalah momen yang diperingati setiap pertengahan bulan Syaban.

Secara pasti jatuh pada tanggal 15 bulan Syaban. 

Sejumlah umat muslim melaksanakan puasa di momen Nisfu Syaban ini.

Baca Juga: Belum Mendapat Surat Keterangan Lulus? Ternyata Masih Bisa Mengikuti UTBK-SBMPTN 2021, Simak Caranya Disini

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 5 SD dan MI Tema 8 halaman 44, 45, dan 49 Subtema 1 Manusia dan Lingkungan

Lantas bagaimana hukumnya menjalankan puasa setelah Nisfu Syaban? 

Dilansir dari PORTAL JEMBER dalam artikel berjudul Bagaimana Hukum Puasa Setelah Nisfu Sya'ban? Simak Penjelasannya, ulama berbeda pendapat karena ada satu hadis yang melarang puasa setelah nisfu Sya’ban, sebagaimana dikutip dari Nu.or.id.

Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu berkata:

قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد

"Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa senin-kamis, puasa nadzar, puasa qadha’, baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah nisfu Sya’ban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari nisfu Sya’ban. Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati nisfu Sya’ban janganlah kalian puasa’,".

Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif atau lemah.

Ulama mazhab Syafi'i melarang puasa setelah nisfu Sya’ban dikarenakan pada hari itu dianggap hari syak (ragu) dan sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan.

Orang yang puasa setelah nisfu Sya’ban dikhawatirkan tidak sadar jika dia sudah berada di bulan Ramadhan.

Ulama lain juga mengatakan bahwa puasa setelah nisfu Sya’ban tidak diperbolehkan agar bisa mempersiapkan diri untuk puasa di bulan Ramadhan.

Ulama mazhab Syafi’i pun tetap membolehkan puasa sunnah bagi orang yang terbiasa mengerjakannya yaitu mengerjakan puasa senin dan kamis, puasa ayyamul bidh, puasa nadzar, puasa qadha, ataupun orang yang sudah terbiasa mengerjakan puasa dahar.

Menurut ulama lain, khususnya selain mazhab Syafi’i, hadis di atas dianggap lemah dan termasuk hadis munkar karena ada perawi hadisnya yang bermasalah.

Sebagian ulama tidak melarang puasa setelah nisfhu Sya’ban selama dia mengetahui kapan masuknya awal Ramadhan.


Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan:

وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر

“Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah nishfu Sya’ban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah nishfu Sya'ban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut munkar.

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 2 SD dan MI Tema 8 Halaman 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19 Subtema 1, Aturan Keselamatan

Kesimpulannya adalah ulama berbeda pendapat terkait hukum puasa sunnah mutlak setelah nisfu Sya’ban.

Akan tetapi, mereka sepakat memperbolehkan puasa sunnah bagi orang yang sudah terbiasa melakukannya, seperti puasa senin kamis, puasa daud, puasa dahar, dan lain-lain.

Bagi orang yang ingin membayar kafarah, qadha puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah puasa nisfu Sya’ban juga diperbolehkan. Wallahu a’lam. (Meilia Haryanti)***

Editor: Talhah Lukman Ahmad

Sumber: Portal Jember

Tags

Terkini

Terpopuler