Dikenal Sebagai Pencegah Diabetes dan Diare, Ternyata Singkong juga Punya Zat Racun, Hati - Hati Saat Memasak

- 29 Januari 2021, 06:05 WIB
 Illustrasi singkong kukus.
Illustrasi singkong kukus. /Pixabay/Bintang_Galaxy
 
PORTAL PASURUAN - Singkong adalah sayuran jenis umbi-umbian yang digunakan baik untuk kuliner maupun pengobatan tradisional. 
 
Umbi yang memiliki nama latin Manihot esculenta ini, sering digunakan untuk membuat tapioka, disajikan sebagai kukusan bahkan juga tersedia dalam bentuk suplemen. 
 
 
Singkong dianggap dapat meningkatkan kesehatan dengan meningkatkan kekebalan dan mengatur pencernaan. Akar tanaman ini vitamin C, sedangkan daunnya mengandung betakaroten, lisin, dan senyawa lain yang bermanfaat bagi kulit dan metabolisme.
 
Singkong merupakan makanan pokok di banyak tempat, mulai dari Amerika Selatan, India, Indonesia dan Afrika Barat. Meskipun salah satu sumber karbohidrat terpenting di negara berkembang, ia merupakan sumber protein dan nutrisi esensial yang buruk.
 
 
Namun, karbohidrat tersebut mengandung senyawa yang diyakini sebagai anti-inflamasi dan antioksidan. Para ahli percaya bahwa senyawa ini bisa mencegah penyakit diare, diabetes, radang, ketombe hingga rambut rontok.
 
Mencegah Diabetes
 
Singkong adalah serat yang kaya selulosa, yang membantu pencernaan dan membantu mencegah sembelit dan penyakit divertikular. Ini juga diyakini sebagai prebiotik, sejenis serat yang mendorong pertumbuhan bakteri probiotik saat berfermentasi di usus.
 
Ada beberapa bukti bahwa efek ini dapat meningkatkan metabolisme dan kecepatan pembersihan gula darah dari darah — proses yang disebut sebagai toleransi glukosa. Selain itu, ubi kayu memiliki indeks glikemik 46, nilai yang jauh lebih rendah dibandingkan makanan bertepung lainnya. 
 
Semakin rendah indeks glikemik suatu makanan, semakin lambat dicerna, dan semakin kecil kemungkinannya untuk meningkatkan gula darah setelah makan.
 
 
Menyembuhkan Diare
 
Terlepas dari kemampuan singkong untuk meredakan sembelit, sebuah studi tahun 2015 di Journal of Ayurvedic and Integrative Medicine menunjukkan bahwa ekstrak daun singkong berbasis alkohol juga dapat mengobati diare sesekali.
 
Untuk penelitian ini, tikus lab yang menderita diare, diberi dosis oral ekstrak daun singkong atau salah satu dari dua obat antidiare (loperamide atau atropine sulfate). 
 
Menurut para peneliti, tikus yang diberi singkong mencapai gejala yang sama dengan loperamide yang diresepkan.
 
Efek samping
 
Selain manfaat, singkong juga memiliki efek samping. Sebagaimana dilansir PORTAL PASURUAN pada situs Verywellhealth, singkong mengandung molekul gula yang disebut glikosida sianogenik. 
 
Senyawa ini diubah oleh tubuh menjadi sianida saat dimakan. Meskipun memasak umbi dapat mengurangi kandungan sianogenik ke tingkat yang dapat diterima, jika kurang matang dapat meningkatkan risiko keracunan.
 
Tanda-tanda keracunan antara lain mual, lemas, sakit kepala, sesak napas, dan kebingungan. Dalam kasus yang parah, kejang, kehilangan kesadaran, atau serangan jantung dapat terjadi. Risikonya bahkan lebih besar pada anak-anak karena ukuran tubuhnya yang lebih kecil.
 
Singkong juga dapat mempengaruhi fungsi tiroid, terutama selama kehamilan, meskipun secara umum tidak sampai pada tingkat yang dianggap bermasalah. 
 
 
Hal yang sama mungkin tidak berlaku untuk wanita hamil dengan penyakit tiroid yang mendasari di mana suplemen singkong atau singkong dapat menyebabkan gejala hipotiroid.
 
Karena fitoestrogen dalam singkong dapat dikeluarkan melalui ASI, sebaiknya singkong tidak dikonsumsi saat menyusui. Mengonsumsinya dapat memengaruhi fungsi tiroid bayi yang menyusui.
 
Maka dari itu perlu diperhatikan, aturan pertama saat menyiapkan singkong adalah selalu kupas akarnya. Kulit mengandung beberapa konsentrasi glikosida sianogenik tertinggi. Selain itu, sebaiknya dimasak dalam 25 - 30 menit untuk menurunkan kadar sianida.***
 

Editor: Jati Kuncoro

Sumber: Verywell Health


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah