Ratusan Nakes Gugur, Indonesia jadi Negara di Asia yang Miliki Angka Kematian Nakes Paling Tinggi

3 Januari 2021, 10:11 WIB
ilustrasi ucapan terimakasih untuk tenaga kesehatan. / Karolina Grabowska/pexels.com/@karolinagrabowska

PORTAL PASURUAN - Pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Malah, setiap hari makin banyak masyarakat yang terinfeksi Covid-19.

Ribuan warga dikonfirmasi positif setiap hari dan akhirnya memenuhi kapasitas rumah sakit di banyak daerah.

Tak hanya itu, para tenaga kesehatan pun banyak yang menjadi korban. Sering kita dengar ada berita duka mengenai gugurnya tenaga kesehatan akibat Covid-19. Tercatat, sudah lebih dari 500 orang tenaga kesehatan yang menjadi korban keganasan virus ini.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 3 Januari 2021: Gemini Jangan Boros!

Baca Juga: Kembali Catat Rekor, Kasus Baru Covid-19 di Inggris Hampir Sentuh Angka 60 Ribu per Hari

Pandemi Covid-19 dalam sekejap merusak tatanan kehidupan, banyak orang yang kehilangan pekerjaan, bahkan nyawa.

Seperti data yang dicatat oleh Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bahwa hingga akhir Desember 2020, tercatat sebanyak 504 tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19.

Sebagaimana dikutip dari Antara, ke-504 petugas kesehatan itu di antaranya adalah 237 dokter yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat dalam artikel yang berjudul "Tertinggi ke-5 Dunia, 504 Tenaga Kesehatan di Indonesia Gugur Akibat Covid-19".

Kemudian 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, 7 apoteker, juga 10 tenaga laboratorium medik.

Dari pernyataan yag diterima Antara pada Sabtu, 2 Januari 2021, para dokter yang meninggal itu terdiri dari 101 dokter umum, termasuk empat guru besar.

Lalu sebanyak 131 dokter spesialis, dengan di antaranya tujuh guru besar, serta lima residen. Semuanya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten).

Angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia menurut catatan IDI.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr. Adib Khumaidi mengatakan bahwa peningkatan kematian tenaga medis itu merupakan salah satu dampak akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi.

Dirinya menjelaskan aktivitas tersebut seperti berlibur, pilkada hingga aktivitas berkumpul dengan orang tidak serumah.

Baca Juga: Wow! Lebih dari 35 Juta Orang Tercatat Menonton Konser Online Gratis SMTOWN

Baca Juga: Pecinta Jajanan Pasar, Begini Cara Membuat Kue Sarang Semut di Rumah

"Vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan sudah melakukan vaksinasi, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi, di mana rasio positif Covid-19 ada di angka 29,4 persen.

Situasi dinilai bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M.

IDI juga meminta pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan, untuk memperhatikan ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, serta tes rutin untuk mengetahui situasi terkini mereka.

"Perlindungan bagi tenaga kesehatan mutlak diperlukan karena petugas kesehatan kini menjadi garda terdepan dan benteng terakhir mengingat masih adanya yang abai pada protokol kesehatan," tutur Adib Khumaidi.

Dalam pernyataan serupa, Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI), dr. Ari Kusuma Januarto mengingatkan pada seluruh ibu hamil untuk menaati protokol kesehatan.

Baca Juga: Ingin Kue Lapis yang Kenyal dan Legit, Berikut Resepnya

Baca Juga: Ingin Liburan di Masa Pandemi? Kunjungi Wisata Alam seperti Hutan Lindung atau Pegunungan

Hal itu dinilai penting, lantaran mengingat ibu hamil memiliki imun yang lebih rendah selama masa kehamilan sehingga sangat rawan tertular atau terpapar virus.

"Meski belum ada penelitian bahwa virus Covid-19 dapat menular pada janin dalam kandungan, namun ketika seorang ibu hamil sudah terkonfirmasi positif, maka bayi yang baru dilahirkan dapat berpotensi tertular juga karena kontak fisik," ujar dr. Ari.*** (Ayu Nur Anjani/Pikiran Rakyat)

Editor: Mesha Meilawati

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler