Terkait Penyebab Banjir di Kabupaten Jember, Begini Penjelasan Pakar Lingkungan dan Pertanian UNEJ

- 5 Februari 2021, 19:27 WIB
Ilustrasi banjir.
Ilustrasi banjir. /Unsplash/Mika Baumeister

PORTAL PASURUAN - Luapan Sungai Bedagung menyebabkan banjir sejumlah kawasan di Kabupaten Jember pada akhir Januari 2021.

Menanggapi permasalah tersebut, Pakar Lingkungan dan Pertanian Universitas Jember (Unej), Luh Putu Ayu Suciati menjelaskan, kalau tutupan lahan di hulu daerah aliran sungai (DAS) Bedadung di Kabupaten Jember dalam kondisi kritis.

Dia menambahkan, kalau kondisi itulah yang menjadi salah satu penyebab banjir di Jember pada akhir Januari 2021.

Baca Juga: Kapolri Terbitkan Instruksi Penanganan Covid-19 dalam PPKM Jawa-Bali Jilid 2, Berikut Poin-poinnya

"Penyebab banjir beberapa waktu lalu karena tutupan lahan di hulu DAS Bedadung terus berkurang, sedangkan masyarakat di tengah dan hilir kurang menyadari pentingnya peran dan fungsi sungai," jelas Luh Putu pada Jumat, 5 Februari 2021, seperti yang dikutip PORTAL PASURUAN dari Antara.

Luh Putu mengatakan, kalau persoalan DAS Bedadung sangat kompleks, Sehingga semua pihak harus berperan dalam menyelamatkan lingkungan dari bencana dan tidak saling menyalahkan pihak yang diduga menyebabkan bencana alam tersebut.

"Tutupan lahan di hulu DAS Bedadung semakin berkurang, yakni hanya 16,25 persen berdasarkan citra satelit tahun 2018, padahal idealnya 30 persen sesuai dengan UU nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan," jelas Dosen Unej tersebut.

Baca Juga: Bisnis Rumahan, Peluang Usaha dengan Omzet Jutaan Rupiah

Selain itu, Luh Putu menjelaskan, kalau beberapa penelitian yang pernah dilakukan mahasiswa Unej juga menyebabkan terjadinya erosi di kawasan hulu DAS Bedadung. Serta ada perubahan fungsi lahan hutan yang sudah dikonfirmasi beberapa pihak terkait.

Dia juga menambahkan, kalau pola pertanian masyarakat di kawasan hulu DAS Bedadung menggunakan pola pertanian ladang berpindah.

Baca Juga: Pemkot Bogor Berlakuan Ganjil Genap Usai Kembali Zona Merah, Jalur Pedestrian Kebun Raya Ditutup

Serta komoditas utamanya adalah padi dan jagung yang tidak bisa menahan resapan air. Dengan begitu, saat hujan deras, tidak ada tanaman yang bisa menahan laju air tersebut.

"Erosinya cukup tinggi dan ditambah lagi karakteristik tanah disana berupa lempungan yang tidak bisa menyerap air, sehingga air langsung mengalir ke arah pemukiman penduduk," ujar dosen Pascasarjana Unej itu.

Sebab itulah, dia menyarankan untuk melakukan pola wanatani atau agroforestri, yang merupakan bentuk pengelolaan sumber daya dengan mengkombinasikan kegiatan pengelolaan hutan dan penanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian yang menjaga kelestarian hutan.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tematik 5 Kelas 3 SD Tema Cuaca, Subtema 1 Keadaan Cuaca, Halaman 3

"Tipologi di hulu DAS Bedadung tanahnya berbukit-bukit dan bergelombang, serta tanahnya berupa lempung yang tidak bisa menyerap air. Jika tidak dibarengi agroforestry yang baik maka potensi banjir dan longsor cukup tinggi," pungkas Luh Putu.***

Editor: Jati Kuncoro

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x